Jakarta, Makanan adalah bahan bakar tubuh. Jumlah kalori dalam makanan biasanya dihitung sebelum makanan dikonsumsi. Namun banyak orang yang tidak menyadari bahwa proses memasak sebenarnya menambah jumlah kalori dalam makanan.
Sebuah peneltian baru-baru ini yang digawangi Rachel N. Carmody, Gil S Weintraub dan Richard W Wrangham menemukan bahwa jumlah energi dalam makanan tak hanya bergantung pada kandungan kalorinya, tetapi proses memasak juga mempengaruhi.
Para ilmuwan dari Human Evolutionary Biology, Harvard University Amerika ini memberi makan dua kelompok tikus dengan daging atau kentang manis kemudian menyajikannya dengan cara yang berbeda: disajikan dengan utuh atau ditumbuk, dan mentah atau dimasak dulu untuk dibuat menjadi hidangan.
Para peneliti kemudian mengukur berat badan tikus. Mereka menemukan bahwa daging dan kentang yang ditumbuk lebih banyak menyebabkan kenaikan berat badan daripada makanan mentah. Dan makanan yang dimasak terlebih dahulu menyebabkan kenaikan berat badan paling tinggi.
Penelitian yang dilansir ScientificAmerican.com, Jumat (11/11/2011) tersebut menyimpulkan bahwa tikus makin bertambah berat badannya jika makan makanan yang dimasak dibandingkan makanan mentah. Hal ini menunjukkan bahwa memasak efektif menambahkan energi ke dalam makanan.
Sejak hampr dua juta tahun lalu, manusia mulai mengenal proses memasak makanan. Proses memasak ini membantu perkembangan evolusi manusia menjadi manusia modern yang lebih cerdas. Perubahan-perubahan fisik memerlukan lebih banyak energi dan memasak makanan dengan api sepertinya mampu meningkatkan asupan energi.
Dalam makalah yang dimuat di Prosiding National Academy of Sciences berjudul "Energetic consequences of thermal and nonthermal food processing", peneliti berteori bahwa memasak makanan akan menambahkan kalori ekstra sehingga memungkinkan kelangsungan hidup manusia yang memiliki tubuh lebih besar dan otak yang lebih kompleks.
Namun sayangnya, proses evolusi tersebut mewariskan kebiasaan manusia modern yang mengakibatkan manusia jaman sekarang banyak yang bertambah gemuk. (ir/ir)
Sebuah peneltian baru-baru ini yang digawangi Rachel N. Carmody, Gil S Weintraub dan Richard W Wrangham menemukan bahwa jumlah energi dalam makanan tak hanya bergantung pada kandungan kalorinya, tetapi proses memasak juga mempengaruhi.
Para ilmuwan dari Human Evolutionary Biology, Harvard University Amerika ini memberi makan dua kelompok tikus dengan daging atau kentang manis kemudian menyajikannya dengan cara yang berbeda: disajikan dengan utuh atau ditumbuk, dan mentah atau dimasak dulu untuk dibuat menjadi hidangan.
Para peneliti kemudian mengukur berat badan tikus. Mereka menemukan bahwa daging dan kentang yang ditumbuk lebih banyak menyebabkan kenaikan berat badan daripada makanan mentah. Dan makanan yang dimasak terlebih dahulu menyebabkan kenaikan berat badan paling tinggi.
Penelitian yang dilansir ScientificAmerican.com, Jumat (11/11/2011) tersebut menyimpulkan bahwa tikus makin bertambah berat badannya jika makan makanan yang dimasak dibandingkan makanan mentah. Hal ini menunjukkan bahwa memasak efektif menambahkan energi ke dalam makanan.
Sejak hampr dua juta tahun lalu, manusia mulai mengenal proses memasak makanan. Proses memasak ini membantu perkembangan evolusi manusia menjadi manusia modern yang lebih cerdas. Perubahan-perubahan fisik memerlukan lebih banyak energi dan memasak makanan dengan api sepertinya mampu meningkatkan asupan energi.
Dalam makalah yang dimuat di Prosiding National Academy of Sciences berjudul "Energetic consequences of thermal and nonthermal food processing", peneliti berteori bahwa memasak makanan akan menambahkan kalori ekstra sehingga memungkinkan kelangsungan hidup manusia yang memiliki tubuh lebih besar dan otak yang lebih kompleks.
Namun sayangnya, proses evolusi tersebut mewariskan kebiasaan manusia modern yang mengakibatkan manusia jaman sekarang banyak yang bertambah gemuk. (ir/ir)
Sumber: Detikhealth.com
0 comments :
Post a Comment