Jakarta, Selama ini tekanan darah tinggi dapat diatasi dengan perubahan pola makan atau konsumsi obat-obatan penurun tekanan darah. Namun kini telah ditemukan sebuah prosedur baru menggunakan gelombang radio yang dapat menghancurkan saraf-saraf overaktif di sekitar ginjal untuk membantu meredakan tekanan darah tinggi alias hipertensi.
Prosedur invasif minimal yang disebut dengan denervasi ginjal berbasis kateter (catheter-based renal denervation) ini menggunakan probe atau semacam kawat yang dimasukkan lewat arteri femoralis (arteri besar pada paha) yang nantinya dapat mengeluarkan 'tembakan' gelombang radio intens untuk menghancurkan saraf-saraf di sekitar ginjal yang bertingkah terlalu aktif pada pasien hipertensi, terutama yang tidak mempan dengan obat-obatan tertentu.
Tim peneliti dari Australia yang menciptakan teknik ini meyakini prosedur yang berlangsung selama 30 menit ini akan merevolusi pengobatan tekanan darah tinggi dengan mengakhiri penggunaan pil tertentu untuk menormalisasi tekanan darah.
"Karena pencapaian penurunan tekanan darahnya yang signifikan, pengurangan tingkat serangan jantung dan stroke pada pasien bisa mencapai lebih dari 40 persen," ungkap ketua tim peneliti, Profesor Murray Esler dari Baker IDI Heart and Diabetes Institute in Melbourne, Australia seperti dikutip dari Daily Mail, Kamis (20/12/2012).
"Ginjal partisipan pun tidak mengalami kerusakan maupun cacat fungsional. Itu berarti tidak ada efek negatif terhadap kesehatan jangka panjang pasien akibat prosedur ini," lanjutnya.
Temuan yang dipublikasikan dalam jurnal Circulation ini juga menunjukkan bahwa enam bulan pasca perawatan dengan prosedur ini, 83 persen pasien dilaporkan mengalami penurunan tekanan darah sistolik sedikitnya 10 mililiter merkuri sedangkan 79 persen pasien dalam kelompok yang sama diketahui mampu mempertahankan penurunan itu hingga setahun lamanya.
Menanggapi studi ini, Profesor Gareth Beevers dari Blood Preasure UK menyatakan, "Prosedur ini sangat menarik karena dapat mengobati begitu banyak penderita hipertensi dan mengembalikan tekanan darah mereka ke kadar normal. Bahkan bisa jadi prosedur ini akan menyebabkan penggunaan obat-obatan pengontrol tekanan darah menjadi usang."(vit/vit)
Prosedur invasif minimal yang disebut dengan denervasi ginjal berbasis kateter (catheter-based renal denervation) ini menggunakan probe atau semacam kawat yang dimasukkan lewat arteri femoralis (arteri besar pada paha) yang nantinya dapat mengeluarkan 'tembakan' gelombang radio intens untuk menghancurkan saraf-saraf di sekitar ginjal yang bertingkah terlalu aktif pada pasien hipertensi, terutama yang tidak mempan dengan obat-obatan tertentu.
Tim peneliti dari Australia yang menciptakan teknik ini meyakini prosedur yang berlangsung selama 30 menit ini akan merevolusi pengobatan tekanan darah tinggi dengan mengakhiri penggunaan pil tertentu untuk menormalisasi tekanan darah.
"Karena pencapaian penurunan tekanan darahnya yang signifikan, pengurangan tingkat serangan jantung dan stroke pada pasien bisa mencapai lebih dari 40 persen," ungkap ketua tim peneliti, Profesor Murray Esler dari Baker IDI Heart and Diabetes Institute in Melbourne, Australia seperti dikutip dari Daily Mail, Kamis (20/12/2012).
"Ginjal partisipan pun tidak mengalami kerusakan maupun cacat fungsional. Itu berarti tidak ada efek negatif terhadap kesehatan jangka panjang pasien akibat prosedur ini," lanjutnya.
Temuan yang dipublikasikan dalam jurnal Circulation ini juga menunjukkan bahwa enam bulan pasca perawatan dengan prosedur ini, 83 persen pasien dilaporkan mengalami penurunan tekanan darah sistolik sedikitnya 10 mililiter merkuri sedangkan 79 persen pasien dalam kelompok yang sama diketahui mampu mempertahankan penurunan itu hingga setahun lamanya.
Menanggapi studi ini, Profesor Gareth Beevers dari Blood Preasure UK menyatakan, "Prosedur ini sangat menarik karena dapat mengobati begitu banyak penderita hipertensi dan mengembalikan tekanan darah mereka ke kadar normal. Bahkan bisa jadi prosedur ini akan menyebabkan penggunaan obat-obatan pengontrol tekanan darah menjadi usang."(vit/vit)
sumber: health.detik.com
0 comments :
Post a Comment