Jakarta, CNN Indonesia -- Penelitian terbaru terhadap 1.306 bayi menemukan bahwa batuk rejan pada bayi saat ini lebih sering ditularkan oleh saudara kandung dibanding oleh ibu si bayi.
Padahal semula diduga para ibulah yang paling sering menularkan batuk rejan akibat kedekatannya dengan anak-anak yang masih bayi. Hingga pada 2008, banyak peneliti curiga bahwa bukan ibu sumber utama penularan batuk rejan pada bayi.
"Mengetahui darimana mereka tertular penyakit itu adalah hal penting, jadi kita bisa mencari pendekatan pencegahan dan pengobatan yang sesuai," kata Tami Scoff dari Pusat Pengawasan dan Pencegahan Penyakit (CDC) di Atlanta, Amerika Serikat.
Menurut CDC, batuk rejan dapat menjadi penyakit yang berbahaya, bahkan dapat berujung pada kematian bagi bayi.
Penyakit ini lebih dikenal dengan istilah resmi, Pertusis. Dulu, sang ibu dikenal sebagai orang yang paling mungkin menularkan infeksi Pertusis kepada anaknya.
Dalam studi baru ini, para peneliti menggunakan data antara tahun 2006 dan 2013 dari 1.306 bayi di tujuh negara bagian, seperempat dari mereka berumur kurang dari dua bulan.
Mereka meneliti dengan cara menanyakan siapa yang mengidap batuk rejan ini antara satu sampai tiga bulan sebelum bayi-bayi itu memulai batuknya. Dengan hal ini, para peneliti dapat mengetahui apa dan siapa sumber infeksi atas 44 persen bayi itu.
Hasilnya adalah, saudara kandung mereka lah yang paling mungkin menularkan batuk rejan ini, dengan persentase 36 persen, dibandingkan dengan para ibu, yakni 21 persen dan para ayah hanya mencapai 10 persen.
Para peneliti itu kemudian menulis dalam jurnal Pediatrics bahwa perubahan ini tidaklah mengejutkan. Pasalnya, batuk rejan pada saat ini menjadi hal yang sering terjadi kepada anak-anak. Hal ini diakibatkan proteksi versi vaksin batuk rejan terbaru yang melemah dalam beberapa tahun terakhir.
"Jadi masuk akal bahwa kita melihat transisi dari ibu ke saudara kandung sebagai sumber infeksi," kata Skoff kepada Reuters Health.
Penelitian ini, menurutnya, menunjukkan bahwa meskipun orang-orang disekitar bayi itu telah divaksinasi, hal itu tidak akan menghalangi batuk rejan untuk menular.
Malahan, ia menyarankan bagi para wanita untuk mendapatkan vaksinasi batuk rejan ketika sedang mengandung, agar antibodinya dapat diturunkan ke janin. Antibodi itu akan dapat memproteksi bayi tersebut hingga ia cukup dewasa untuk divaksinasi.
"Kalian bisa memberikan proteksi langsung kepada ibu dan bayinya," ujar Skoff. "Terdapat beberapa data di Inggris yang menunjukkan bahwa vaksinasi pada saat kehamilan sangat efektif. Data itu sangat menjanjikan, maka dari itu kita menggunakan strategi ini.
sumber: cnnindonesia.com
0 comments :
Post a Comment