Jakarta, Penyakit parkinson memang hingga saat ini belum ditemukan obatnya. Namun seiring berkembangnya ilmu di bidang kesehatan, kini ada terapi yang dapat meringankan sindrom parkinson yang dialami seseorang.
dr Frandy Susatia, SpS dari Parkinson and Movement Disorder Center, RS Siloam Kebon Jeruk mengatakan bahwa sampai saat ini penyebab pasti mengapa seseorang terserang parkinson belum diketahui. Namun berdasarkan penelitian, orang yang terserang parkinson memiliki kerusakan dalam neuron otak yang fungsinya mengatur pergerakan.
Neuron dalam otak ini memproduksi dopamin, senyawa neurotransmitter yang fungsinya mengantarkan perintah untuk mengatur gerakan manusia. Ketika terserang parkinson dan neuron tersebut mati, otomatis dopamin tak bisa diproduksi dan menyebabkan pergerakan terganggu.
Nah, terapi terbaru yang disebut sebagai Deep Brain Stimulation ini menggantikan neuron yang sudah rusak atau mati tersebut. Dengan menggunakan alat, dokter kini dapat memberikan stimulasi pada otak untuk memproduksi dopamin dan mengurangi sindrom parkinson.
"Singkatnya DBS itu teknik operasi yang menstimulasi otak dalam. Kita memasukkan elektroda atau chip di kepala yang fungsinya untuk memproduksi dopamin, dan diprogram oleh dokter saraf sesuai kondisi pasien," tutur dr Frandy dalam temu media di restoran De Mingle, Jl Raya Perjuangan, Kebon Jeruk, Jakarta Barat, Rabu (9/9/2015).
Chip yang ditanam di kepala ini lalu dihubungkan dengan alat pengatur dan baterai yang ada di dada. Mirip seperti alat pacu jantung, kabel konektor dari kepala hingga baterai yang ada di dada semuanya dipasang di bawah kulit.
"Memang prinsipnya mirip seperti pacemaker. Kalau pacemaker kan di membuat jantung berdenyut supaya tidak terlalu lemah, nah ini pacemaker otak jadinya mengirim dopamin untuk meringankan sindrom parkinson," ungkapnya lagi.
Setelah alat dipasang di dada, dokter akan memprogram alat tersebut. Hal-hal yang diatur antara lain aliran gelombang listrik ke otak, bagian otak yang dialiri listrik dan hal-hal yang berhubungan dengan neurotransmitter lainnya.
"Jadi setelah dipasang, tiap dua minggu kontrol untuk melihat apakah programnya maksimal atau tidak, ada yang ditambahkan atau dikurangi. Setelah itu tiap tiga bulan juga boleh. Alatnya bisa tahan 5 - 8 tahun baterainya," tutupnya.
(mrs/vit)
sumber: Health.detik.com
Subscribe to:
Post Comments
(
Atom
)
0 comments :
Post a Comment