California, Sekali terserang stroke, pasien biasanya mengalami kelumpuhan pada bagian tubuh tertentu. Dan ini berlangsung seumur hidup. Namun lewat sebuah percobaan selama beberapa tahun, tim dokter dari AS akhirnya sukses memulihkan kondisi ini.
Ialah tim peneliti dari Stanford University, California yang berhasil melakukannya, yaitu dengan menggunakan terapi sel punca. Untuk percobaan ini, mereka melibatkan 18 pasien; 11 wanita dan 7 pria dengan rentang usia 33-75 tahun.
Yang membedakan pasien hanyalah kapan mereka mengalami serangan stroke. Ada pasien yang sudah mengalami kelumpuhan karena stroke sejak enam bulan lalu, ada juga yang tiga tahun lalu.
Masing-masing partisipan kemudian menjalani sebuah prosedur sederhana di mana tengkorak mereka dilubangi dan sel punca dimasukkan ke otak mereka, tepatnya di bagian yang mengalami kerusakan dan memicu stroke.
Sel punca yang dipergunakan disebut dengan 'sel SB623' yang diambil dari sumsum tulang pendonor untuk kemudian dimodifikasi agar bisa dimasukkan ke dalam otak. Keesokan harinya pasien langsung diperbolehkan pulang.
Tak disangka, hingga 12 bulan berikutnya, hampir separuh pasien mengalami kemajuan yang signifikan. Salah seorang pasien yang sebelumnya hanya bisa duduk di kursi roda dan tidak bisa menggerakkan kedua kakinya, kini sudah rutin jogging.
Pasien lain, seorang wanita yang tak bisa berdiri sama sekali, kini bisa berjalan di altar dan melangsungkan pernikahan. Bahkan yang bersangkutan sedang mengandung anak pertamanya. Satu pasien lagi mengalami kelumpuhan di jari kaki kirinya, tetapi kini ia bisa berjalan kembali.
Peneliti menduga efektivitas pengobatan mereka berasal dari cara kerjanya yang mampu memicu regenerasi sirkuit otak yang rusak akibat stroke dengan cepat. Bahkan efektivitasnya dirasakan pasien yang sudah mengalami stroke sejak tiga tahun lalu, artinya makin banyak orang yang bisa diuntungkan dengan prosedur ini.
"Kita bisa lihat kemampuan gerak mereka membaik dengan cepat. Padahal enam bulan setelah stroke, kita biasanya tidak bisa berharap apapun," tandas peneliti Prof Gary Steinberg seperti dilaporkan Daily Mail.
Tak hanya kemampuan gerak, sebagian partisipan juga memperlihatkan perbaikan pada kemampuan bicara dan berjalan.
Hanya saja karena partisipan yang mereka libatkan hanyalah 18 orang, sehingga prosedur ini dirasa belum cukup aman untuk diaplikasikan pada pasien lain. Namun tim peneliti sendiri sudah mulai merekrut partisipan baru dan lebih banyak untuk mencapai target tersebut.(Vit)
Ialah tim peneliti dari Stanford University, California yang berhasil melakukannya, yaitu dengan menggunakan terapi sel punca. Untuk percobaan ini, mereka melibatkan 18 pasien; 11 wanita dan 7 pria dengan rentang usia 33-75 tahun.
Yang membedakan pasien hanyalah kapan mereka mengalami serangan stroke. Ada pasien yang sudah mengalami kelumpuhan karena stroke sejak enam bulan lalu, ada juga yang tiga tahun lalu.
Masing-masing partisipan kemudian menjalani sebuah prosedur sederhana di mana tengkorak mereka dilubangi dan sel punca dimasukkan ke otak mereka, tepatnya di bagian yang mengalami kerusakan dan memicu stroke.
Sel punca yang dipergunakan disebut dengan 'sel SB623' yang diambil dari sumsum tulang pendonor untuk kemudian dimodifikasi agar bisa dimasukkan ke dalam otak. Keesokan harinya pasien langsung diperbolehkan pulang.
Tak disangka, hingga 12 bulan berikutnya, hampir separuh pasien mengalami kemajuan yang signifikan. Salah seorang pasien yang sebelumnya hanya bisa duduk di kursi roda dan tidak bisa menggerakkan kedua kakinya, kini sudah rutin jogging.
Pasien lain, seorang wanita yang tak bisa berdiri sama sekali, kini bisa berjalan di altar dan melangsungkan pernikahan. Bahkan yang bersangkutan sedang mengandung anak pertamanya. Satu pasien lagi mengalami kelumpuhan di jari kaki kirinya, tetapi kini ia bisa berjalan kembali.
Peneliti menduga efektivitas pengobatan mereka berasal dari cara kerjanya yang mampu memicu regenerasi sirkuit otak yang rusak akibat stroke dengan cepat. Bahkan efektivitasnya dirasakan pasien yang sudah mengalami stroke sejak tiga tahun lalu, artinya makin banyak orang yang bisa diuntungkan dengan prosedur ini.
"Kita bisa lihat kemampuan gerak mereka membaik dengan cepat. Padahal enam bulan setelah stroke, kita biasanya tidak bisa berharap apapun," tandas peneliti Prof Gary Steinberg seperti dilaporkan Daily Mail.
Tak hanya kemampuan gerak, sebagian partisipan juga memperlihatkan perbaikan pada kemampuan bicara dan berjalan.
Hanya saja karena partisipan yang mereka libatkan hanyalah 18 orang, sehingga prosedur ini dirasa belum cukup aman untuk diaplikasikan pada pasien lain. Namun tim peneliti sendiri sudah mulai merekrut partisipan baru dan lebih banyak untuk mencapai target tersebut.(Vit)
sumber: Health.detik.com
0 comments :
Post a Comment